Sejak kecil dia sudah hafal Al-Qur’an. Beliau menghabiskan waktunya untuk terus-menerus mengulangi hafalan agar tidak lupa. Pada bulan Ramadhan, Abu Hanifah bisa mengkhatamkan Al-Qur’an berkali-kali berkat hafalannya. Abu Hanifah awalnya tidak terlalu serius belajar agama. Belajar agama hanyalah sambilan, bukan tujuan utama. Sebagian besar waktunya dihabiskan untuk berdagang di pasar. Maklum, beliau memang keturunan pedagang.