Ma'had Aly Pondok Pesantren An-Nur II Al-Murtadlo

Mari Mengenali Mantuq dan Pembagaian Lafaz

mahadalyannur2.ac.id-Di dalam kajian Usul Fikih, yang paling ditekankan adalah dalil. Bagaimana dari suatu dalil bisa memunculkan hukum yang nantinya menjadi pedoman seluruh umat. Ini menjadikan usul fikih sebagai salah satu pelajaran yang esensial, bukan hanya untuk kaum muslim, tapi seluruh orang di dunia. Karena pada dasarnya, hukum-hukum dalam Islam untuk seluruh orang di dunia.

Karena menekankan pada dalil, maka untuk mengetahui dasar-dasar untuk memahami dalil adalah tema penting dalam kitab-kitab usul fikih. Dari sini, Syekh Zakaria dalam kitab Lubbul Ushul, menerangkan tentang mantuq dan mafhum. Kedua hal ini merupakan dasar penting untuk bisa memahami makna yang terkandung dalam dalil.

Cuma, kali ini, pada tulisan yang masih banyak minus ini, hanya mantuq saja yang akan dibahas. Jadi kalau Anda atau siapapun sedang mencari materi tentang mafhum, oh, mohon maaf, tulisan ini tidak menyediakan.

Pembahasan mantuq oleh Syekh Zakaria diletakkan setelah membahas tentang Al-Qur’an, sehingga memunculkan urutan; membahas sesuatu yang digunakan dalil (Al-Qur’an), kemudian menjelaskan cara mengambil makna di dalamnya. Mantuq ialah makna yang ditunjukkan lafaz di tempat pengucapannya. Singkatnya, mantuq adalah makna eksplisit dari teks, alias tekstual-atau terserah bagaimana Anda ingin menyebutnya. Dari definisi ini Anda akan langsung bisa membedakannya dengan mafhum-sayangnya, tidak ada penjelasan mafhum di sini.

Mungkin butuh contoh (meski Anda butuh atau tidak, pokoknya saya mau memberikan contoh). Kalau terdapat perkataan, “Zaid berdiri,” dari kata ini berarti mantuq-nya adalah, ya berarti orang yang bernama zaid sedang berdiri. Tidak usah memunculkan makna, oh, berarti orang yang beridentitas Zaid itu sedang tidak duduk atau dalam posisi berbaring. Cukup sesuai teks yang keluar, gak lain. Yah, meski tergantung dalalah yang ada di teks sih-tapi penjelasan tentang dalalah di lain waktu.

 Dalam takrif mantuq disebutkan kata lafaz, yang menunjukkan bahwa mantuq berkaitan erat dengannya. Lafaz adalah suara yang mengandung huruf hijaiah. Hal ini untuk mengecualikan hal-hal yang memberikan pemahaman tapi tidak ada huruf hijaiah yang terkandung, seperti suara genderang dan lain-lain. Karena di dalam takrif mantuq disebutkan lafaz, maka memahaminya pun menjadi penting. Jadi setelah berdebat dengan diri sendiri di pikiran, diputuskan untuk sedikit menyinggung pembagian lafaz.

Lafaz dari segi makna yang ditimbulkan, adakalanya memiliki satu atau tidak. Jika ada lafaz yang memiliki satu makna saja, ia dinamai sebagai nas. Misal, “Zaid”. Kata tersebut hanya memiliki satu makna saja yang muncul, yakni orang yang bernama demikian. Apabila ada suatu lafaz memiliki dua makna atau lebih, maka harus ditinjau terlebih dahulu.

Jika salah satu makna lebih kuat, namanya adalah dzhohir. Contoh, asad. Kata tersebut, secara asal, bermakna singa. Tapi ia juga memiliki makna kedua, yang lebih lemah dari makna asalnya, yaitu laki-laki yang pemberani. Tentu saja makna kedua ini lebih lemah karena ia merupakan majaz, yang masih butuh pada tanda. Namun bila ada suatu keadaan yang terdapat tanda, sehingga membuat kata asad mengarah pada makna kedua, maka ini disebut sebagai dzhohir muawwal. Sedang lafaz yang memiliki dua makna, di mana keduanya memiliki posisi sama kuatnya disebut sebagai mujmal.

Pembagian lafaz juga dibagi dengan tinjauan susunannya. Ada lafaz yang bagiannya menunjukkan sebagaian dari makna keseluruhannya. Lafaz ini disebut sebagai murakkab. Contoh kepala sekolah. Kepala sekolah terdiri dari kepala dan sekolah. Salah satu bagian tersebut menunjukkan sebagian dari makna keseluruhan “kepala sekolah”. Sedangkan jika bagiannya tidak menunjukkan makna dari lafaz, maka disebut sebagai muford. Contoh, Umar. Huruf U tidak menunjukkan makna apapun dari Umar.

Mufrod ini adakalanya yang memang hanya terdiri dari satu huruf saja, seperti hamzah istifham. Atau terdiri dari beberapa huruf tapi tidak menunjukkan makna apapun dari lafaz, seperti zaid. Atau terdiri dari beberapa lafaz, tapi bagiannya malah menunjukkan makna lain. Contoh, orang bernama Abdullah, terdiri dari abdun dan Allah. Namun salah satu bagian tersebut tidak bisa menunjukkan makna seseorang yang bernama Abdullah.

Jadi begitulah penjelasan singkat mengenai mantuq dan lafaz. Semoga hari-hari Anda menyenangkan.

Penulis: Ahmad Firman Ghani Maulana/Semester 4

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *