Ishaq bin Rahawaih, sosok di balik tercetusnya Shahih Bukhari, pernah berkomentar tentang Imam Syafii. Beliau merasa bahwa putra Idris itu, memiliki kepandaian yang luar biasa. Bahkan beliau mengaku menyesal karena tidak berguru kepadanya sampai akhir.
Itulah salah satu bukti kehebatan Imam Syafii. Namun, tidak usah jauh-jauh untuk mengetahui kesuksesannya. Banyaknya pengikut mazhab Syafii di Indonesia sudah menjelaskan alasannya. Hanya saja, di balik gemerlap pencapaiannya, ada usaha-usaha keras. Beliau, yang sekarang terkenal itu, dulu mengalami penderitaan yang pahit.
- Terjaga Semenjak sebelum Lahir
Melansir dari NU Online, ayah Imam Syafii, Idris, sangat menjaga dirinya dari perkara haram. Hal itu terbukti dengan permintaannya terhadap pemilik kebun delima untuk mengikhlaskan delimanya yang terbawa arus sungai. Namun, pemilik kebun memberikan dua syarat yang berat.
Satu, harus merawat kebun selama satu bulan tanpa gaji. Dua, menikahi putrinya, yang katanya buta, tuli, bisu, dan lumpuh. Namun Idris tetap memenuhi kedua permintaan itu. Kuatnya tekad dalam mematuhi kedua syarat itu adalah cara untuk menjaga dirinya serta keturunannya dari barang haram.
Maka, tidak heran putranya terlahir dengan kecerdasan yang luar biasa. Orang tuanya selalu mengusahakan agar terhindar dari perkara haram. Tentunya menjaga diri dari hal-hal yang tidak halal memiliki pengaruh terhadap ilmu.
Hal itu Imam Syafii sampaikan dalam syairnya,
وقال اعلم بأن العلم نور * ونور الله لا يؤتاه عاصي
Artinya: “Imam Syafii berkata, Ilmu adalah cahaya. Cahaya Allah tidak untuk ahli maksiat.“
- Giat Mencari Ilmu meski Tidak Ada Biaya
Ketika masih di gendongan ibunya, Imam Syafii sudah tidak memiliki ayah. Ibunya, harus membagi peran sebagai pencari nafkah. Namun nafkah itu masih tidak cukup untuk keseharian keduanya.
Di dalam Kitab Dirosah fi Mazhab al-Imam as-Syafii, pendiri mazhab terbesar di Indonesia itu pernah menceritakan lika-likunya dalam mencari ilmu. Beliau berkisah, bahwa kondisi ekonomi keluarganya tidak baik. Untuk membeli kertas ibunya tidak mampu.
Tapi semangat belajar dalam diri beliau memanglah nyata. Sebelum pelajaran mulai, beliau akan mencari tulang-tulang sebagai pengganti kertas. Beliau mencatat setiap ajaran gurunya di atas tulang. Kemudian tulang–tulang itu beliau taruh di dalam bejana ibunya sampai semua bejana itu penuh dengan tulang-tulang.
Kisah ini mengajarkan bahwa fasilitas bukan poin utama dalam dunia pendidikan. Kemauan yang nyata dan selalu konsisten untuk berdiri di atas tekad ialah kunci utama sebenarnya. Imam Syafii yang miskin berubah menjadi legenda dalam dunia keilmuan Islam adalah buktinya.
- Difitnah Menjadi Syiah
Saat Imam Syafii hidup di Yaman, golongan Syiah menjadi kelompok yang populer. Namun, penguasa pada masa itu, Harun ar-Rasyid merupakan orang yang membenci golongan tersebut. Ia menganggap bahwa tujuan kelompok itu untuk meruntuhkan pemerintahannya. Maka, setiap orang yang termasuk Syiah harus ditangkap.
Imam Syafii yang ajarannya berlawanan dengan Syiah dituduh sebagai bagian dari mereka. Karenanya, Khalifah Harun menyuruh orang-orang untuk menangkapnya. Di sini terjadi petak umpet antara pemerintah dengan Imam Syafii.
Hingga akhirnya fitnah itu mereda dengan kecerdikannya. Imam Syafii berhasil meluluhkan hati khalifah saat itu dengan kata-katanya. Setelah itu, beliau bebas dari tuduhan.
- Tidak Makan dan Tidak Tidur
Salah satu muridnya, Rabi’ bin Sulaiman al-Murady, pernah menceritakan kegigihan Imam Syafii dalam belajar. Cerita ini berlatarkan saat Imam Syafii pergi ke Mesir. Kerja keras Imam Syafii dalam menggagas qoul jadid di Mesir.
Terdapat kisah bahwa Imam Syafii tidak makan saat di siang hari. Karena terlalu fokus pada pelajaran, beliau tidak terpikirkan masalah perutnya. Perutnya kosong hingga matahari tenggelam.
Ketika malam, Imam Syafii tidak tidur karena masih sibuk dengan kegiatan belajarnya. Saat belajar, ada budak perempuan di sampingnya yang setia melayani kebutuhannya. Sebab dulu tidak ada lampu, beliau kerap menyuruh budak untuk menyalakan lilin sebagai penerangan.
Namun, cahaya yang muncul dari lilin mengganggu kefokusannya. Maka, setelah beberapa menit, beliau akan menyuruh budaknya untuk mematikan lilin. Dalam keadaan gelap, Imam Syafii merenung sambil bersandar untuk memantapkan teori di kepalanya. Bila sudah, beliau akan kembali meminta budaknya untuk menyalakan lilin. Hal ini terulang-ulang dalam satu malam.
Semua poin di atas membangun kesuksesan Imam Syafii saat ini. Keberhasilannya yang sekarang terlihat manis merupakan buah dari pengalaman-pengalaman yang pahit. Kisah beliau menjadi hikmah yang dapat memotivasi dalam berkehidupan; bahwa manusia yang sukses adalah mereka yang bertekad kuat. Kalau tidak kuat bisa-bisa jadi psikopat.