mahadalyannur2.ac.id-Haji dan umrah hukumnya wajib bagi yang mampu. Wajib hanya untuk yang pertama kali. Untuk selanjutnya, sunah. Karena wajib, penting untuk mengerti melakukan tata caranya. Lebih-lebih mengetahui kesunahannya agar menjadi sempurna.
Kesunahan haji sangat banyak, mulai dari sunah saat ihram, masuk Makkah, tawaf, sai, keluar dari arofah, mabit di muzdalifah, dan terakhir saat lempar jumroh. Berikut kumpulan kesunahan haji dan umroh yang berdasar kitab Fikih Manhaji.
Pertama, Kesunahan saat Ihram.
- Bagi muslim yang hendak melakukan ihram sunah untuk mempercantik diri dengan mandi, memotong kuku, mencukur rambut kemaluan atau ketiak, dan menghilangkan kotoran. Jika tidak menemukan air untuk mandi, maka bisa dengan tayamum.
- Sunah pula untuk mengucapkan lafaz niat, talbiah, salat sunah dua rakaat dan membaca dua surat al-Ikhlas saat salat, dan menggunakan sandal.
- Kesunahan terakhir berusaha sebisa mungkin menghindari pembicaraan duniawi.
Kedua, Kesunahan saat Memasuki Makkah
- Memasuki Makkah terlebih dahulu sebelum wukuf di arafah, mandi di sumur Zdu Thuwa yang terkenal selalu digunakan mandi Nabi sebelum masuk Makkah.
- Memasuki Makkah dari arah tsaniyah (kada’).
- Menyegerakan tiba di Makkah, langsung menuju Ka’bah dengan niat melakukan tawaf qudum.
Ketiga, Kesunahan saat Tawaf
- Sunah Tawaf dengan berjalan kaki bagi pria atau wanita. Namun jika ada uzur seperti sakit atau sudah tua, tidak makruh menggunakan kursi roda.
- Mengusap hajar aswad di awal tawaf, menciumnya, dan meletakkan dahi di atasnya.
- Mengulangi pengusapan, penciuman, dan meletakkan dahi di hajar aswad setiap putaran. Hal itu dilakukan dengan catatan tidak menyalahi syarat dan ketentuan thawaf.
- Di awal tawaf mengucapkan lafaz:
بسم الله والله أكبر، اللهم إيمانًا بك، وتصديقًا بكتابك، ووفاءً بعهدك، وإتباعا لسنة نبيك محمد عليه الصلاة
Ketika di depan pintu ka’bah mengucapkan:
اللهم إن البيت بيتك، والحرم حرمك، والأمن أمنك، وهذا مقام العائذ بك من النار.
Ketika sampai dirukun Iraqi mengucapkan:
أعوذ بك من الشك والشرك، والنفاق والشقاق، وسوء الأخلاق، وسوء المنظر في الأهل والمال والولد
Ketika berada di bawah mizab Kakbah mengucapkan:
اللهم أظلني في ظلك يوم لا ظل إلا ظلك، واسقني بكأس نبيك محمد ﷺ شرابًا هنيئا لا أظمأ بعده يا ذا الجلال والإكرام
Ketika berada di antara rukun yamani dan syami mengucapkan:
اللهم اجعله حجًا مبرورًا، وذنبًا مغفورًا، وسعيًا اللهم آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار.مشكورًا، وعملًا مقبولًا، وتجارة لن تبور، يا عزيز يا غفور
Ketika berada di antara dua rukun yamani.
اللهم آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار
- Jalan cepat dengan Langkah yang berdekatan pada tiga putaran pertama. Kesunahan ini ada tatkala belum melakukan sai.
- Salat sunah dua rakaat, ketika selesai tawaf di belakang makam ibrohim. Rakaat pertama baca surat al-Kafirun, dan rakaat kedua surat al-Ikhlas
Keempat, Kesunahan saat Sai
- Sunah jika melakukan sai setelah tawaf, untuk tidak mengulanginya setelah tawaf lainnya. Jadi, jika seseorang telah melakukan sai setelah tawaf qudum (yang hukumnya sunah sebagaimana yang Anda ketahui), maka makruh mengulanginya setelah tawaf ifadhah yang merupakan rukun haji.
- Naik ke bukit Shafa di awal sainya, kira-kira bisa lihat baitullah selagi tidak ada penghalang. Lalu menghadap kiblat sembari melafalkan takbir:
الله اكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد. الله أكبر على ما هدانا، والحمد لله على ما أولانا. لا إله إلا الله وحده لا شريك له. له الملك وله الحمد يحي ويميت بيده الخير وهو على كل شيء قدير .
Setelah itu, ketika sampai di bukit Marwah, naiklah ke atasnya dan mengucapkan lafaz di atas.
- Sai dengan berjalan sesuai kemampuan, dan saat sampai di antara dua mil (tanda hijau) sunah untuk berlari-lari kecil. Sunah di sepanjang perjalanan sai, dan disaat sampai di bukit Shafa dan Marwa mendoakan dirinya, saudaranya, dan orang-orang mukmin.
Kelima Kesunahan Saat Berangkat ke Arafah
- Sunnah bagi tokoh muslim untuk khutbah atau berpidato di Arafah tentang runtutan ibadah haji selanjutnya. Dilakukan pada tanggal tujuh Dzulhijjah setelah zuhur.
- Di pagi hari tanggal delapan Dzulhijjah, jamaah pergi ke Mina dan menginap di sana hingga pagi hari di tanggal sembilan Dzulhijjah. Jamaah melaksanakan lima salat fardu di Masjid Khaif, tempat Rasulullah ﷺ biasa shalat.
- Pada pagi hari tanggal 9 Dzulhijjah, setelah matahari terbit, jamaah menuju Arafah. Sunah untuk tidak langsung memasukinya ketika tiba di dekat batas-batasnya, melainkan mereka berdiam di Namirah (tempat dekat Arafah) hingga masuk waktu zuhur. Di sana mereka salat Zuhur dan Asar secara jamak taqdim (digabungkan di waktu zuhur). Setelah itu, barulah jamaah memasuki Arafah dan berdiam di sana hingga matahari terbenam, sambil mengingat Allah Ta’ala, berdoa, memperbanyak tahlil, bertobat, dan merendahkan diri kepada Allah.
Keenam, Kesunahan saat Mabit di Muzdalifah
Setelah jamaah tiba di Muzdalifah maka mereka diwajibkan untuk menginap di sana walaupun semenit. Akan tetapi bagi jamaah yang ingin mendapatkan bonus kesunahan harus melaksanakan hal-hal berikut:
- Berada di Muzdalifah hingga azan Subuh, lalu salat Subuh di sana.
- Menuju Mina setelah mengambil jumrah dari Muzdalifah: tujuh kerikil, masing-masing lebih besar dari kacang kedelai, namun lebih kecil dari biji kacang tanah.
- Berhenti di Al-Masy’aril Haram (yaitu bukit kecil di ujung Muzdalifah) jika mereka tiba di sana. Berdoa di sana hingga fajar menyingsing, dengan memperbanyak ucapan:
ربنا أتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة، وقنا عذاب النار
Ya Tuhan kami, berikanlah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka).
Ketujuh, Kesunahan saat Lempar Jumrah
- Sunah menghentikan talbiyah saat mulai melontar. Akan tetapi membaca takbir.
- Mengucapkan takbir setiap kali melontar kerikil, dan melontar dengan tangan kanan, mengangkatnya hingga terlihat ketiaknya. Adapun wanita tidak perlu mengangkatnya. Dan hendaknya kerikil tersebut seukuran kacang polong.
Demikianlah kesunahan-kesunahan yang terdapat dalam rangkain haji. Jelas, bahwa amalan sunnah tidak berdampak apa-apa tatkala ditinggalkan. Namun jika dilakukan dapat meningkatkan amal ibadah haji menjadi lebih sempurna.
Penulis: Mohamad Firudin/Semester 6