mahadalyannur2.ac.id-Ketika pihak jurnalis bertanya ke Rikza tentang momen yang paling membekas saat sidang tugas akhir, ia berkata bahwa dosen penguji berinisiatif untuk membuat karyanya menjadi modul kuliah. Meski begitu, ia bergumam, “Iku sing gatel (itu yang menyebalkan).”
Sebagai pembuktian kompetensi, mahasantri harus menyelesaikan tugas akhir sebelum lulus. Tugas itu nantinya dibawa ke majelis sidang yang menjadi agenda runtutan kegiatan akhir tahun para mahasantri yang berada di ujung tanduk. Mereka harus menyiapkan kesiapan mental agar bisa optimis menerangkan karyanya.
Ma’had Aly An-Nur II mengharuskan para mahasantri untuk membuat karya sebagai tugas akhirnya. Karya bisa berupa kitab, buku, atau bermacam penelitian lainnya. Rikza, salah satu peserta sidang, telah membuat syarah dari kitab karya Syekh Ali Bashiri. Ia memiliki tujuan jelas untuk mengenalkan khilaf yang terjadi antara Imam Ibnu Hajar dan Syamsuddin ar-Romli kepada para pelajar.
Sidang tahun ini terlaksana pada Sabtu, 31 Mei. Ada enam titik lokasi dengan setiap tempatnya terdapat dua dosen penguji. Sasaran kegiatan berjumlah 22 orang yang semuanya wajib memakai almamater Ma’had Aly An-Nur II, bersongkok hitam, dan memakai sarung biru An-Nur II.
Seminggu sebelum sidang berlangsung, para mahasantri harus mengumpulkan karyanya berupa file dan tiga cetakan. Tiga hari sebelumnya, mereka wajib mengumpulkan slide presentasi di dalam drive yang dibagikan. Setiap dosen penguji akan menerima versi cetakan untuk mengoreksi dan mengkritiknya.
Setiap ruang akan tersedia proyektor yang menampilkan presentasi mahasantri. Terdapat meja untuk dosen penguji dan panggung untuk mahasantri mengenalkan karyanya. Pada malam hari sebelum sidang berlangsung, tampak banyak mahasantri yang menyiapkan dirinya berlatih menyampaikan isi demonstrasinya agar bisa tampil maksimal.
Namun, ini berbeda dengan Muhammad Rikza. Ia mengaku, “Nggak!” Ia menegaskan bahwa dirinya sebelumnya tidak berlatih. Ia hanya pergi ke Roudloh, pesarean pengasuh pertama Pondok An-Nur II. Di sana ia membaca ulang karyanya dengan niatan untuk mengoreksi kembali materi dalam kitab karangannya itu.
Meski begitu, ketika ia menunggu waktunya tampil, ia merasa gugup. Menurutnya, sidang ini merupakan tantangan yang belum pernah ia coba. Karenanya, ia merasa tidak percaya diri. Anehnya, ia mengklaim dirinya merasa lebih rileks ketika sudah memasuki ruang persidangan.
Setidaknya, ia sudah menyiapkan materi yang akan ia jelaskan di hadapan dosen penguji. Ia memiliki metode-metode dalam pembuatan karyanya. Yaitu, penggambaran masalah yang menerangkan fokus khilaf, kemudian menunjukkan asal-usul khilaf, meninjau referensi kitab asli Ibnu Hajar dan Romli, memberikan dukungan-dukungan untuk kedua pendapat, dan kesimpulan. Ia juga memberikan tambahan kaidah fikih serta teori usul fikih yang terkait.
Rikza berkata bahwa dirinya termasuk cepat di antara yang lain. Ia menerima beberapa pertanyaan. Ada dosen penguji yang menyuruhnya untuk membedah salah satu khilaf yang ada di karyanya itu. Kemudian ia juga menerima beberapa revisi untuk kitabnya itu.
Setelah dirinya, mahasantri lain pun masuk. Hingga seluruh mahasantri Ma’had Aly An-Nur II yang berada di puncak semester telah tuntas menjalankan sidang tugas akhir. Setelah itu, panitia mulai membersihkan tempat sidang. Kegiatan hari itu pun selesai.
Penulis: Ahmad Firman Ghani Maulana/Semester 4