Search
Close this search box.

Hakikat Bahagia dan Celaka dalam Ilmu Tauhid 

Bahagia dan Celaka Versi Tauhid

KAMPUS POJOK – Sifat ilmu Allah SWT adalah sifat yang qadim, artinya ilmu Allah ada sejak zaman azali. semua nasib makhluk-Nya telah Ia ketahui dengan sifat Ilmu-Nya. Termasuk di dalamnya sa’adah (bahagia) dan syaqawah (celaka) yang telah Ia ketahui jauh sebelum ada penciptaan makhluk. Tidak ada satupun di antara makhluknya yang dapat mengetahui nasib makhluk yang lain.  Diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:

إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَ

“Sungguh di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli surga hingga jarak antara dia dan kematian tinggal sejengkal kemudian karena takdir Allah ia melakukan perbuatan ahli neraka dan masuk ke dalamnya, dan sungguh di antara kalian ada yang melakukan perbuatan neraka hingga jarak antara dirinya dan kematian tinggal sejengkal kemudian karena takdir Allah ia melakukan perbuatan ahli surga  dan masuk ke dalamnya”

Dalam kitab al-Minhaj syarh Shahih Muslim bin Hajjaj, Imam an-Nawawi menjelaskan bahwa keseringan Allah dalam merubah orang yang buruk menjadi orang yang baik adalah bukti keluasan rahmat-Nya. Sedangkan dalam merubah orang yang baik menjadi orang yang buruk adalah hal yang jarang dan sedikit terjadi, karena disebutkan dalam hadits qudsi bahwa Allah pernah berkata:

إِنَّ رَحْمَتِي سَبَقَتْ غَضَبِي وَغَلَبَتْ غَضَبِي

Rahmat-Ku mendahului murka-Ku dan mengalahkannya

Termasuk di dalamnya adalah orang yang melakukan maksiat dan orang yang kafir, akan tetapi keduanya berbeda, orang kafir berada di neraka selamanya, sedangkan pelaku maksiat yang membawa iman saat kematiannya tidak kekal di dalam neraka.

Sa’adah dan Syaqawah.

Ada perbedaan pendapat dalam mengartikan makna Sa’adah dan Syaqawah. Menurut Abu Hasan al-Asy’ari, Sa’adah (bahagia) adalah orang yang mati dengan membawa iman, meskipun sebelumnya adalah pelaku maksiat atau kafir, sedangkan syaqawah (celaka) adalah orang yang mati dengan tidak membawa iman, meskipun sebelumnya berperilaku terpuji atau muslim.

Berbeda dengan Abu Manshur al-Maturidi dalam mengartikan sa’adah dan syaqawah. Beliau mengartikan sa’adah sebagai orang islam yang pernah beriman kemudian ia mati dalam keadaan kafir. Maka ia tidak lagi disebut sa’adah. Sedangkan syaqawah adalah sebaliknya.

Adapun perbedaan ini hanya sebatas perbedaan istilah saja, untuk esensinya tetap sama orang yang mati dalam keadaan kafir adalah orang yang celaka, sedangkan orang yang mati dalam keadaan mukmin adalah orang yang bahagia.  

Dalam hadits di atas dapat kita bayangkan betapa besar kuasa Allah. Ketetapan yang Ia buat tak dapat ditembus oleh kemampuan manusia, hal ini membuktikan bahwa diri-Nya benar-benar tuhan, karena tak ada makhluk yang dapat menyamai kemampuannya. 

Kesimpulan

Terkadang kita tergesa-gesa menilai orang lain buruk, tanpa menyadari bahwa Allah telah menetapkan nasib mereka. Mungkin awal kali kita melihat ia adalah orang yang buruk, akan tetapi dengan kuasa Allah ia akan menjadi orang yang baik, bahkan penghuni surga. Janganlah memandang orang sebelah mata, karna kita tidak tahu akhir hidup manusia, itu hanya kuasa Allah semata.

Rezeki, jodoh, kematian, Bahagia, celaka semua ada di tangan Allah SWT, meskipun demikian kita harus tetap berdoa yang terbaik pada diri kita, dengan diiringi perbuatan yang baik pula, semoga dengan jerih payah yang kita lakukan akan menjadi nilai baik di sisi Allah dan media kita untuk masuk surga. Amin ya rabbal Alamin….

Redaktur: Samsul Arifin
Penyunting: M. Ihsan Khoironi

#Semangat literasi

Tulisan Lainnya

Hakikat Bahagia dan Celaka dalam Ilmu Tauhid 

Bahagia dan Celaka Versi Tauhid

Tulisan Lainnya