Search
Close this search box.

Mereka Yang Berjuang Di Jalan Allah

اِنَّ اللّٰهَ اشْتَرٰى مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ اَنْفُسَهُمْ وَاَمْوَالَهُمْ بِاَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَۗ يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ فَيَقْتُلُوْنَ وَيُقْتَلُوْنَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِى التَّوْرٰىةِ وَالْاِنْجِيْلِ وَالْقُرْاٰنِۗ وَمَنْ اَوْفٰى بِعَهْدِهٖ مِنَ اللّٰهِ فَاسْتَبْشِرُوْا بِبَيْعِكُمُ الَّذِيْ بَايَعْتُمْ بِهٖۗ وَذٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ

Sesungguhnya Allah SWT membeli dari orang-orang yang beriman, baik diri maupun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah SWT. Sehingga mereka membunuh atau terbunuh, (itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah SWT di dalam kitab Taurat, Injil dan Al-Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain Allah Swt? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu. Dan demikian itu adalah kemenangan yang agung.”

Berperang Demi Menegakkan Agama Islam

            Beberapa ayat yang terkandung di dalam surah Al-Taubah sering membicarakan mengenai motivasi bagi umat Islam untuk berjuang di jalan Allah SWT dalam bentuk jihad atau berperang. Namun, meskipun sudah ada sekian motivasi dan janji-janji yang diberikan oleh Allah SWT kepada umat Islam, masih ada juga sebagian umat Islam yang bermalas-malasan dan tidak ikut berjuang bersama umat yang lainya. Bahkan ada juga yang mencoba mempengaruhi umat Islam yang semangat berjuang berperang sehingga hal ini sedikit menghambat kemajuan dan kebersamaan yang sedang dibangun oleh umat Islam. Mereka adalah orang-orang yang disebut Allah SWT dengan sebutan orang-orang yang munafik.

            Selanjutnya, Allah SWT juga sempat membahas mengenai bagaimana sikap yang dimiliki oleh orang-orang yang munafik. Tepatnya sebelum ayat di atas. Bagaimana kelakuan mereka yang mencoba merongrong kebersamaan yang sudah terjalin di antara umat Islam. Sehingga Allah SWT perlu untuk memberikan motivasi besar bagi umat Islam yang lain untuk bersemangat dalam menegakkan agama Islam. Dan di dalam ayat yang tertera di atas, Allah SWT mencoba memberikan janji yang besar berupa surga untuk beberapa umat Islam yang memiliki niat yang murni dalam berjuang menegakkan agamanya. Dalam konteks ayat ini, Allah SWT membicarakan mengenai perang Tabuk. Salah satu perang yang paling berat dan susah yang pernah dialami oleh umat Islam.

            Secara sekilas, kita bisa memahami bahwa ayat di atas membicarakan mengenai keutamaan besar yang akan diperoleh umat Islam yang berjihad di jalan Allah SWT. Bahkan janji besar ini sudah pernah Allah tetapkan di dalam kitab Injil, Taurat, dua kitab sebelum munculnya kitab Al-Quran. Dari penjelasan ayat, “(itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah Swt di dalam kitab Taurat, Injil dan Al-Quran.”, bisa dipahami bahwa perintah Allah SWT berupa jihad berlaku untuk semua syariat Allah yang pernah ada di dunia ini. Dalam artian, perintah berperang tidak hanya berlaku bagi umat Islam saja, namun juga berlaku bagi umat terdahulu.

            Umat Islam yang sudah rela berjuang demi agamanya, mulai dari rela meninggalkan keluarga, menyisihkan harta bendanya untuk biaya berperang, adalah para umat sejati yang memang memiliki perhatian besar terhadap kemajuan agamanya. Dalam hal ini, mereka menjual semua yang mereka miliki dan dibeli oleh Allah SWT dalam bentuk berperang. Jadi di dalam konteks ini, terjadi jual beli antara umat Islam yang berperang dengan Allah. Allah SWT akan membeli apa yang sudah dijual oleh umat yang ikut berperang dengan surga yang berisi banyak kenikmatan yang tidak ada tandingannya. Inilah yang kemudian disebut sebagai janji Allah SWT yang agung dan besar. Untuk masa sekarang, sebagai seorang santri, bentuk jihad yang paling relevan bukan lagi ikut berperang. Melainkan yang harus dilakukan adalah belajar dengan bersungguh-sungguh dan menaati aturan yang ada, mulai dari aturan yang mengikat secara sempit, yakni keluarga, pondok pesantren hingga aturan yang mengikat secara lebih luas, yakni aturan negara. Belajar adalah salah satu hal yang harus dilakukan oleh seseorang, khususnya bagi kalangan yang masih berumur muda dan memiliki pikiran yang sehat. Belajar adalah bentuk jihad yang sejati. Dengan belajar, setidaknya seseorang sudah menghilangkan satu kebodohan yang ada pada dirinya. Harapan besarnya, seseorang bisa menghilangkan kebodohan yang sedang merajalela di zaman serba modern ini. Sekian! Terimakasih!

Sumber: Tafsir Al-Misbah karangan Prof Quraish Shihab

Tafsir Al-Kabir atau Mafatihul Ghoib karangan Imam Fahruddin Ar-Razi.

Penulis: Moch Vicky Shahrul Hermawan

Penyunting: Syachrizal Nur R.S

Tulisan Lainnya

Mereka Yang Berjuang Di Jalan Allah

Tulisan Lainnya