KAMPUS POJOK – Salah satu karangan Imam Muhammad Thahir ibn ‘Asyur, khususnya dalam kajian tafsir al-Quran adalah al-Tahrir wa al-Tanwir. Salah satu kitab tafsir yang menjadi rujukan utama para sarjana Islam modern, salah satunya adalah Prof. Quraish Shihab.
Imam Muhammad Thahir ibn ‘Asyur sendiri adalah salah satu ulama kelahiran Tunisia, yang meninggal pada Agustus tahun 1973 silam. Beliau adalah lulusan Universitas Ez-Zitouna.
Dalam kesempatan kali ini, kita akan belajar seputar surah al-Ikhlas dalam perspektif Imam Muhammad Thahir di dalam kitab al-Tahrir wa al-Tanwir. Penulis akan mencoba berusaha menjelaskan dengan cara yang sederhana dan insya allah mudah dipahami.
Penamaan Surah
Mengenai penamaan surah, sebenarnya dari masa Nabi Muhammad, surah ini dinamakan dengan “Surah Qul Huwa Allah Ahad.” Hal ini berdasarkan penjelasan Nabi Muhammad sebagaimana berikut,
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ تَعْدِلُ ثُلُثَ الْقُرْآنِ
“(Surah) Qul Huwa Allah Ahad itu sebanding dengan sepertiga isi al-Quran.” (HR. Imam Tirmidzi dari sahabat Abu Hurairah)
Namun, menurut Imam Muhammad Thahir, kebanyakan di beberapa mushaf, kitab tafsir dan yang lainnya, surah ini biasa disebut dengan “Surah al-Ikhlas.” Kenapa nama ini yang terkenal di kalangan muslim sekarang?
Menurut beliau, alasan kenapa surah ini disebut dengan “Surah al-Ikhlas” karena lebih ringkas dan mengumpulkan ragam makna yang terdapat di dalam kandungan surah ini secara keseluruhan.
Di dalam surah ini, dibahas seputar pembelajaran kepada manusia untuk senantiasa ikhlas dalam beribadah kepada Allah. Dalam arti, jangan sampai ibadah atau keyakinan yang dilakukan dan diimani seseorang bercampur dengan selain Allah. Sederhananya, tidak diperkenankan untuk menyekutukan Allah dengan hal lain.
Selanjutnya, Imam Muhammad Thahir pernah meneliti bahwa di dalam beberapa mushaf cetakan negara Tunisia, surah ini disebut dengan “Surah Tauhid.” Alasannya sederhana. Isi dari surah ini adalah menetapkan dan menegaskan bahwa Allah benar-benar satu, Maha Esa. Tidak ada Tuhan lain selain Allah. Hanya Allah.
Menukil dari kitab al-Itqan, salah satu megakarya Imam Suyuthi, Imam Muhammad Thahir menyebutkan bahwa surah ini juga dinamai dengan “Surah al-Asas.” Kenapa demikian? Karena di dalam surah ini mengandung cakupan makna yang intinya adalah mengesakan Allah. Dan hal tersebut adalah asas atau dasar dari ajaran agama Islam.
Di dalam kitab al-Kasyaf, Imam Zamakhsyari, menjelaskan bahwa surah al-Ikhlas dan surah al-Kafirun disebut dengan surah Muqasqasyataini. Secara sederhana berarti surah yang menyelamatkan umat muslim untuk menyekutukan Allah dan berbuat munafik dalam beragama.
Imam Muhammad Thahir juga menukil dari kitab Mafatihul Ghaib, karangan Imam Fakhruddin ar-Razi. Ada sekian nama lain dari surah al-Ikhlas sebagaimana berikut,
Pertama, surah an-Najah (keselamatan). Dikatakan demikian karena surah ini bisa menyelamatkan umat manusia dari kekufuran di dunia dan neraka nanti akhirat.
Kedua, surah al-Wiliayah (kekasih). Disebut seperti ini karena siapapun dia yang membaca surah ini, jelas akan menjadi kekasih Allah.
Ketiga, surah al-Ma’rifah (pengetahuan). Yang terakhir, disebut demikian karena pengetahuan kepada Allah tidak akan dianggap sempurna sebelum memahami surah ini.
Status Surah
Menurut mayoritas ulama, surah ini tergolong surah Makkiyah. Namun, sebagian ulama lain, misalnya Imam Qatadah dan lainnya, mengatakan bahwa surah ini adalah surah Madaniyah. Kedua pendapat ini berujung pada keterangan yang berasal dari sahabat Ibnu Abbas.
Perbedaan di atas muncul dari perbedaan riwayat yang ada. riwayat dari Imam Tirmidzi dari sahabat Jabir bin Abdillah mengatakan bahwa surah ini Makiyyah. Sedang riwayat Imam Abu Shalih dari sahabat Ibnu Abbas menegaskan bahwa surah ini Madaniyah.
Dalam hal ini, Imam Muhammad Thahir menegaskan bahwa pendapat yang paling benar dan bisa dipertanggungjawabkan adalah pendapat pertama. Bahwa surah ini termasuk kategori surah Makkiyah.
Urutan Turun
Menurut pendapat yang lebih diunggulkan, dalam hal ini adalah pendapat yang mengatakan bahwa surah al-Ikhlas kategori surah MakKiyah, surah ini turun pada urutan ke dua puluh dua. Surah ini turun setelah surah an-Nas dan sebelum surah al-Najm.
Jumlah Ayat
Mengenai jumlah ayat yang ada di dalam surah al-Ikhlas, menurut pendapat ulama Madinah, Kufah dan Basrah, maka berjumlah empat. Sedangkan kalau ditilik pendapat dari ulama Mekah dan Syam, maka jumlah ayat surah al-Ikhlas adalah lima. Pendapat kedua ini mempertimbangkan lafad “Lam Yalid” itu satu ayat dan “Lam Yulad” itu satu ayat yang lain.
Gambaran Umum Surah
Di dalam surah ini, akan dijelaskan beberapa poin sebagaimana berikut,
Pertama, penetapan bahwa Allah itu Maha Esa.
Kedua, Allah satu-satunya Tuhan yang menjadi rujukan akan semua kebutuhan makhluk, khususnya manusia. Tidak ada yang lain, hanya Allah.
Ketiga, menegaskan bahwa Allah tidak memiliki orangtua juga anak.
Keempat, menegaskan bahwa semua sifat yang dimiliki oleh Allah itu berbeda dengan sifat makhluk-Nya.
Penutupan
Demikianlah penjelasan singkat seputar perkenalan dengan surah al-Ikhlas. Semoga yang sedikit ini bisa memberikan manfaat yang besar bagi kita semua. Sekian! Terimakasih!
Redaktur: Moch. Vicky Shahrul H.
Penyunting: M. Ihsan Khoironi
No Comment! Be the first one.