Search
Close this search box.

Syaikh At-Tarmasi Delegasi Internasional Kita

KAMPUS POJOK – Dalam Hasyiyah at-Tarmasi dan Kifayah al-Mustafid li-ma ‘ala min al-Asanid dijelaskan bahwa beliau mempunyai nama lengkap, Muhammad Mahfudz bin Abdullah bin Abd al-Manan at-Tarmasi al-Jawi al-Shafi’i. Beliau lahir pada 31 Agustus 1868 bertepatan dengan 12 Jumadil Ula 1285 H di Desa Tremas, Pacitan, Jawa Timur. Ketika beliau lahir, ayahnya sedang berada di Makkah al-Mukarramah.

KH. Mahfudz Termas kecil pun tumbuh di bawah asuhan ibunda dan bibi-bibinya. Berkat bimbingan sang ibu yang begitu peduli akan pendidikan anaknya tersebut, KH. Mahfudz Termas kecil dengan mudah menghafal al quran walaupun masih dalam usia yang sangat muda. Tidak hanya itu, berkat ketekunannya dalam belajar, dalam masa yang relatif singkat, dasar-dasar ilmu agama pun telah ia pelajari dari beberapa guru sekitar tempat tinggalnya dan dapat ia kuasai dengan baik.

Pergi ke Mekkah

Memasuki umurnya yang ke-6, pada tahun 1291 H. Syaikh Mahfudz Termas kecil di boyong ayahnya ke kota suci Makkah, untuk tinggal dan belajar beberapa disiplin ilmu pengetahuan kepada para masyayikh di sana. Namun hal itu tidak berlangsung lama, karena beberapa tahun kemudian beliau pulang kembali lagi ke tanah Jawa bersama ayahandanya, KH. Abdullah. KH. Mahfudz Termas muda melanjutkan pendidikannya dengan merantau ke Semarang, untuk berguru kepada KH. Shaleh bin Umar alSamarani atau yang mashur dengan gelar Mbah Sholeh Darat. Syekh Mahfudz Termas bercerita dalam salah satu karyanya, Kifayat al-Mustafid Lima ‘Ala Min al-Masanid, “di tempat Syeikh Muhammad Shaleh bin Umar saya belajar Tafsir al-Jalalain dua kali khatam, Syarh Syarqowi ‘ala al-Hikam dua kali khatam juga, kitab Wasilah al-Thullab dan Syarh al-Mardini dalam bidang ilmu falak (astronomi)”.

Dari proses belajarnya itu beliau menjadi seorang ahli fikih. Mengajar di Makkah. Hingga mengarang kitab syarah setebal 7 jilid yang beliau beri judul Hasyiyah at-Tarmasi dan Kifayah al-Mustafid li-ma ‘ala min al-Asanid.

Dari situ, nama beliau terkenal di Mancanegara. Terlebih beliau menyumbang karangan kitab dari berbagai fan ilmu terlebih di dalam karangannya Kitab Mawhiba dhi al-fadl jarang dipakai di pesantren-pesantren, tetapi lebih sering dipakai sebagai bahan pembahasan di tengah kiai-kiai senior. Mawhiba dhi al-fadl merupakan salah satu teks rujukan utama sebagai manuskrip yang menunjukkan otoritas dalam fatwa-fatwa ulama Jawa. Dan masih banyak karangan beliau yang lainya.

Beliau juga merupakan salah satu panutan yang bisa kita terapkan pada diri kita. Karena beliau merupakan delegasi kita yang mendunia di era yang mana jauh dari komunikasi internet untuk bisa viral cepat seperti pada era modern kita sekarang. Namun berkat kegigihan beliau dalam mencari ilmu, dan kelihaian beliau dalam membuat karya-karyanya beliau bisa menjadi populer, sekaligus mengharumkan nama tanah air. 

Dari sini bisa kita ambil hikmah dari kisah beliau, berawal dari orang biasa asli orang Jawa yang menjadi delegasi bagi kita berkat ketekunan dan kegigihan beliau dalam menimba ilmu. dan  dari beliau kita dapat mengetahui tidak ada kata tidak mungkin selagi kita mau berusaha.

Redaktur: Jais Kholik
Penyunting: M. Ihsan Khoironi

‘#SEMANGATLITERASI

Tulisan Lainnya

Syaikh At-Tarmasi Delegasi Internasional Kita

Tulisan Lainnya