Search
Close this search box.

Pemilu Sudah Dekat, Siapakah yang Tepat? 

pemilu

KAMPUS POJOK – Tak terasa, pemilu sudah dekat. Poster tiga pasang capres dan wakilnya segera tersebar di palang jalan, tiang listrik dan pepohonan. Berita kampanye  sedikit demi sedikit mulai tercium aromanya.

Sebagai warga Indonesia, tentu kita mengharapkan pemimpin yang baik untuk membawa negara menjadi lebih berkembang. Mampu bersaing dengan negara lainnya. Atau, minimal mampu mengatur negara dengan bijak, sehingga tercipta kemakmuran untuk semua rakyat.

Fungsi Pemimpin

Fungsi seorang pemimpin tidak diragukan lagi di kehidupan. Dalam suatu keluarga saja, kalau tidak ada pemimpin, bisa dipastikan keluarga tersebut akan kocar-kacir, kacau. Apalagi dalam suatu negara, yang ruang lingkupnya lebih besar. Oleh karena itu, dalam Al-Quran surat An-Nisa’ ayat 59, Allah SWT. secara eksplisit menyeru kita untuk menaati pemimpin. 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu

Mengenai ayat di atas Imam At-Tabrani berpendapat: wajib menaati pemimpin termasuk pemerintah, selagi keputusan mereka bersetuju dengan syariat. Sebab tidak ada ketaatan bagi makhluk untuk berbuat mungkar kepada Khaliq (pencipta).

Tugas Pemimpin

Tugas pemimpin sangatlah berat dan kompleks. Apalagi, pemimpin negara dengan rakyat yang beragam suku dan budaya. Sehingga tidak heran, salah satu penyair besar Goenawan Mohammad mengatakan:

Kekuasaan  terkadang mengurung orang dalam kesendirian dan mengutuknya dalam kesepian”.

Dengan ending puisi Cairil Anwar

Mampus kau dikoyak koyak sepi

Maka dari pada itu, pemimpin harus berwawasan luas. Tidak hanya paham mengenai tata negara saja. Namun ia juga harus bisa menjadi solusi dari problematika yang terjadi di masyarakat. Seperti tragedi kabut Jakarta, beberapa pekan yang lalu.

Abdurrazaq, Ahmad Sanhuri, dalam kitab Fiqhul Khilafati wa Tatawwuruha Li Tasbihi ‘ashbati Umami Asyarqiyah, mengatakan:

يستلزم أغلبية الفقهاء أن يكون الخليفة على درجة كبيرة من العلم، فال يكفي أن يكون عالًما، بل   يجب أن يبلغ مرتبة الاجتهاد في الأصول  والفروع على السواء

Sebagian besar fuqaha memandang bahwa khalifah harus memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi. Tidak cukup hanya menjadi seorang alim, tetapi pemimpin harus mencapai tingkat ijtihad (kemampuan untuk mengeluarkan hukum) dalam mazhab asal (usul) dan cabang (furu’) secara seimbang.”

Mampu berijtihad, mungkin pada zaman sekarang sangat kecil sekali potensinya. Sehingga, paling tidak seseorang mampu membumikan kitab-kitab fikih klasik, agar berbaur dengan keadaan yang ada. Misal, Kitab fikih terdahulu hanya membahas sistem pemerintahan berupa kekhalifaan. Bagaimana caranya merombak pembahasan itu? Dalam artian, mengampil konsepnya, lalu menerapkannya pada kasus yang ada.

Kemudian, menjadi pemimpin juga harus baik dalam beragama. Atau minimal, jarang berbuat maksiat. Imam Ibnu kasir menukil pendapat Ibnu Aliyah dalam kitab Tafsirnya, yang berbunyi:

من عصى الله في الأرض فقد أفسد في الأرض  لان صلاح الأرض والسماء بالطاعة

Barang siapa yang berbuat mungkar kepada Allah di bumi maka ia berarti sudah berbuat kerusakan di bumi, karena kelestarian bumi dan langit dengan ketaatan”.

Dari pendapat beliau bisa kita tarik pemahaman, orang yang buruk dalam beragama, akan membawa efek negatif untuk bumi, apalagi kalau sampai ia menjadi sosok pemimpin. Mungkin negara kita akan seperti kota Makkah saat kafir Quraisy masih berkuasa.

Kesimpulan

Agama mengatur hubungan manusia kepada tuhan, seperti peribadatan.  Serta  hubungan manusia dengan sesamanya. semisal hukum muamalah yang membahas berbagai macam transaksi manusia.

Bahkan agama juga mengatur hubungan manusia dengan makhluk lainnya, termasuk lingkungan. Maka dapat dipastikan, barang siapa yang beragama dengan baik, dia bisa mengatur negara dengan baik pula.

Redaktur: A. Bisri Fanani
Penyunting: M. Ihsan Khoironi

Tulisan Lainnya

Pemilu Sudah Dekat, Siapakah yang Tepat? 

pemilu

Tulisan Lainnya