Search
Close this search box.

Membaca Maulid Ad-Diba’i, Ekspresi Rasa Cinta Untuk Baginda Nabi 

KAMPUS POJOK – Rabu, 27 September 2023 M, bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Awal 1445 H, yang artinya bertepatan dengan peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Ma’had Aly An-Nur II memperingatinya dengan membaca Maulid Ad-Diba’i seusai salat Isya.

Sekilas Tentang Maulid Ad-Diba’i

Sesuai namanya, Maulid Ad-Diba’i dikarang oleh Syekh Wajihuddin Abdurrahman Ad-Diba’i. Kitab yang berisi pujian-pujian untuk Nabi Muhammad SAW dan sejarah beliau ini merupakan ringkasan dari kitab Maulid Syaraf Al-Anam karya Syekh Syihabuddin bin Qasim. 

Maulid Ad-Diba’i ini populer di Indonesia karena memiliki sisi keunikan tersendiri. Meski sebuah ringkasan, tapi Maulid Ad-Diba’i ini mengandung banyak keberkahan dan keutamaannya tersendiri. Semua itu dapat terlihat dari alu penyusunannya. Isinya tak hanya fokus membahas sejarah Nabi Muhammad SAW, tetapi juga mencantumkan ayat Al-Qur’an dan hadis.

Banyak ulama yang memuji kitab Maulid Ad-Diba’i ini mengenai kandungan nya. Di antaranya adalah Syekh Al-Anshari dalam kitab Milul Awani. Beliau menyebutkan, 

هَذَا الْكِتَابُ مُمَيِّزَاتٌ كَثِيْرَةٌ. أَبْرَزَ بِهِ الْمُؤَلِّفُ المُعْجِزَاتِ القُرْآنِيَّةِ وَأَنْوَارَ السُّنَّةِ النَّبَوِيَةِ سَاطِعَةً لَاشِيَةً فِيْهَا

“Kitab ini mempunyai perbedaan yang banyak (dengan kitab sejenisnya). Penyusun mengungkapkan  beberapa mukjizat dalam Al-Qur’an dan cahaya hadis Nabi yang bersinar di dalamnya.”

Di kesempatan lain, Syekh Nuruddin juga ikut berkomentar mengenai Maulid Ad-Diba’i ini, beliau menyebutkan dalam kitabnya yang berjudul Al-Jauhar Al-Maknunah wa Al-Asrar Al-Makhzunah,

المَوْلِدُ فِيْهِ سِرٌّ عَظِيْمٌ حَتَّى يَتَجَدَّدُ بِقِرَائَتِهِ مَفَاهِيْمُ جَدِيْدَةٌ

“Dalam Maulid (ini) terdapat rahasia yang besar, (dengan membacanya) akan mendapatkan pemahaman-pemahaman baru (tentang Rasulullah SAW).” 

Dari dua komentar tersebut dapat kita pahami bahwa Syekh Abdurrahman Ad-Diba’i  mengarang Maulid Ad-Diba’i ini tidak main-main. Beliau ingin menuntun kita bagaimana cara mengungkapkan cinta kita pada Rasulullah lewat pujian-pujian untuk beliau sekaligus cara mendekatkan diri pada Allah. Sehingga, muncul di benak kita pemahaman-pemahaman baru yang merupakan rahasia dari maulid ini.

Hal ini selaras dengan pendapat Gus Baha’ di salah satu ceramahnya. Gus Baha’ mengatakan, “Kita itu harus senang dan senang terus menerus, karena kita mendapat hadiah dengan kehadiran Kanjeng Nabi yang mengumpulkan semua keagungan yang abadi.”

Maulid Sebagai Ekspresi Rasa Senang dengan Kelahiran Nabi

Mengutip keterangan Gus Baha’, ekspresi kita dalam memeriahkan maulid adalah dengan menunjukkan rasa senang dengan kelahiran beliau. Gus Baha’ mengutarakan logikanya, “Kita saja senang dan bangga dengan kelahiran anak kita, masak kita tidak bahagia dengan kelahiran Nabi Muhammad?”

Artinya, dengan berbahagia atas momen kelahiran Nabi Muhammad rasa susah kita menghadapi kehidupan menjadi hilang. Hal ini sama dengan perlakuan Abu Lahab saat mengetahui kelahiran keponakannya, Nabi Muhammad.

Dikisahkan, saat Nabi Muhammad lahir, keluar sebuah cahaya dari kamar Sayyidah Aminah. Cahaya tersebut menembus gulita malam menuju arah arah Syam. Abu Lahab yang melihatnya pun ingin memastikannya. Ia suruh budaknya yang bernama Tsuwaibah untuk mengecek ke sumber cahaya itu muncul.

Tsuwaibah kembali membawa kabar bahwa Sayyidah Aminah telah melahirkan seorang bayi laki-laki. Saking gembiranya mempunyai keponakan laki-laki, Abu Lahab pun langsung memerdekakan budaknya tersebut. Dari kejadian ini lah salah satu riwayat yang dikutip dalam buku lentera Kegelapan mengatakan, Hal tersebut yang membuat Abu Lahab nanti di akhirat diberi keringanan siksa di hari kelahiran Nabi Muhammad, hari Senin.

Maka, pembacaan Maulid Ad-Diba’i oleh mahasantri Ma’had Aly An-Nur II adalah ekspresi rasa cinta atas kelahiran Nabi Muhammad. Semoga dengan hal tersebut para mahasantri Ma’had Aly An-Nur II mendapat keberkahan dari Nabi Muhammad jauh melebihi apa yang didapat Abu Lahab. Orang musyrik saja dapat mendapat keberkahan itu, apalagi yang muslim. Wallahu a’lam.

Redaktur: Muhammad Miqdadul Anam
Penyunting: M. Ihsan Khoironi

Tulisan Lainnya

Membaca Maulid Ad-Diba’i, Ekspresi Rasa Cinta Untuk Baginda Nabi 

Tulisan Lainnya