Search
Close this search box.

Ketentuan Niat Puasa Ramadhan

ketentuan Niat puasa Ramadhan

Niat merupakan ucapan di dalam hati yang harus ada di dalam ibadah. Hal ini berdasar pada hadist nabi Muhammad SAW “innamal a’maalu binniat”,  yang artinya adalah sesungguhnya segala perbuatan berdasar pada niatnya. Begitupun ibadah puasa, dalam puasa terdapat perbedaan ketentuan niat antara puasa fardhu dan sunnah.

Ketentuan Niat dalam Puasa Fardhu dan Sunnah

Dalam puasa sunnah, berniat secara global sudah mencukupi. Yakni dengan mengucapkan di dalam hati “nawaitu as-sauma”, yang artinya adalah saya berniat puasa, tanpa menyebutkan atau menentukan puasa apa yang sedang dia kerjakan di dalam niatnya.

Berbeda dengan puasa fardhu, yang mana harus menyebutkan atau menentukan puasa apa yang sedang dia kerjakan di dalam niatnya. Apabila puasa yang dia kerjakan adalah puasa Ramadhan maka harus menyebutkan kata “Ramadhan” di dalam niatnya. Seperti “Nawaitu sauma ramadoni”, yang artinya adalah saya berniat puasa Ramadhan.

Dalam niat puasa fardhu juga ada kewajiban untuk tabyit, yakni berniat di malam hari. Batasannya adalah mulai tenggelamnya matahari sampai terbitnya fajar, sederhananya adalah mulai masuknya waktu shalat maghrib sampai masuknya waktu shalat subuh. Hal ini berdasar pada hadist nabi Muhammad SAW:

‌مَنْ ‌لَمْ ‌يُبَيِّتِ الصِّيَامَ قَبْلَ الْفَجْرِ، فَلَا صِيَامَ لَهُ

Yang artinya adalah barangsiapa tidak berniat puasa di sebelum fajar maka tidak ada puasa baginya.

Berbeda dengan puasa sunah, yang mana niatnya tidak harus berada di malam hari. Batas akhir waktu niat dalam puasa sunah adalah sebelum tergelincirnya matahari ke arah barat, sederhananya adalah sebelum masuknya waktu shalat zuhur. Hal ini berdasar pada hadist nabi Muhammad SAW:

فقد دخل – صلى الله عليه وسلم – على عائشة ذات يوم فقال هل عندكم شيء؟ قالت لا قال فإني إذا أصوم قالت ودخل علي يوما آخر فقال أعندكم شيء؟ قلت نعم قال إذا أفطر وإن كنت فرضت الصوم

Di suatu pagi hari Rasulullah masuk rumah dan bertanya kepada Aisyah: “Wahai Aisyah apakah kamu punya makanan untuk sarapan?” lalu Aisyah menjawab: ”tidak punya wahai Rasulullah”. Lalu Rasulullah berkata: “kalau begitu maka saya berpuasa”. Aisyah berkata: “di hari yang lain Rasulullah masuk rumah dan bertanya kepadaku: wahai Aisyah apakah kamu punya makanan untuk sarapan?. Lalu saya menjawab: punya wahai Rasulullah. Lalu Rasulullah berkata: kalau begitu maka saya tidak berpuasa”.

Dalam riwayat lain menggunakan redaksi ghoda’, yakni sebutan untuk makanan yang di makan sebelum zuhur. 

Redaktur: Dicky Feryansah
Penyunting: M. Ihsan Khoironi

Tulisan Lainnya

Ketentuan Niat Puasa Ramadhan

ketentuan Niat puasa Ramadhan

Tulisan Lainnya