Search
Close this search box.

Teman Sejati Versi Hikam

TEMAN SEJATI

Pertemanan merupakan salah satu cara manusia untuk bertahan hidup. Mengingat, manusia merupakan makhluk sosial, dalam arti, tidak bisa hidup sendiri. Maka dari itu, sudah semestinya bagi mereka untuk memiliki seorang partner atau teman dalam bekerja, curhat, mengatasi sebuah masalah, serta berbagai macam aktivitas lainya. 

Definisi

Namun, sebelum mengkaji lebih dalam, alangkah baiknya untuk mengetahui terlebih dahulu, maksud dari kata “ Teman ”. Teman ialah sebuah ungkapan bagi lawan interaksi dalam segala aspek. Maka dapat kita pahami, teman kerja ialah kawankita dalam aspek pekerjaan. Ketika dalam ruang lingkup sekolah berarti teman sekolah. Dan ketika dalam urusan hati berarti partner curhat, dan lain sebagainya. 

Dengan definisi di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa, menjalin sebuah pertemanan bagi manusia ialah suatu keharusan. Tetapi, banyak dari kita yang tidak mengetahui tentang siapakah partner yang sebenarnya atau yang biasa kita kenal dengan istilah teman sejati.

Menurut Imam Ibnu Atha’illah As-Sakandari, dalam kitabnya berjudul Al-Hikam mengatakan, 

“Teman sejati ialah dia yang tidak meninggalkanmu saat dia mengetahui keburukanmu (setelah kamu berperilaku buruk kepadanya). Sebaik-baik kawan ialah dia yang mencarimu tanpa mengharapkan sesuatu darimu. Tidak ada seorangpun yang bisa seperti itu kecuali Allah SWT”.

Kesimpulan

Bisa kita simpulkan, partner sejati itu hanyalah Allah SWT. Teman sejati itu memiliki dua kriteria; tidak pernah meninggalkan kita, dan tidak berharap sesuatu dari kita. Dibuktikan, bahwa Allah Swt tidak pernah meninggalkan kita, meskipun kita telah banyak berdusta terhadap-Nya. Ia tetap memberikan kita nikmat berupa kehidupan, seperti; bernafas, makan, dan lain-lain. Dia juga selalu mencari kita dan selalu mengharapkan kita untuk mendekatkan diri kepada-Nya, tanpa berharap apapun.

Berbeda halnya dengan manusia. Pada umumnya, manusia selalu menjauhi seseorang yang berperilaku buruk, baik pada dirinya maupun orang lain. Lantas bagaimana ketika ada orang yang tetap menemani kita, ketika kita sudah berperilaku buruk kepadanya? Apakah dia pantas disebut sebagai teman sejati?

Dia bukan partner sejati. Alasannya, dalam hubungan pertemanan, sudah barang tentu manusia mempunyai tujuan, seperti; mencari rasa aman atau nyaman, untuk pemecahan masalah, menghilangkan stres, berharap hilangnya rasa kesepian dan lain sebagainya.

Wawasan yang bisa kita dapati dari pernyataan Imam Ibnu Atha’illah As-Sakandari di atas adalah, hanyalah Allah SWT teman sejati kita. Tidak ada manusia yang bisa sampai pada taraf “teman sejati”. Mengingat, sebaik apapun manusia, dia tetaplah makhluk yang memiliki tujuan dalam menjalin tali pertemanan.

Adapun hikmah yang dapat kita ambil dari pernyataan di atas adalah, sebagai umat Islam, hendaknya kita tidak perlu cemas, ketika kita kehilangan seorang kawan.  Sejatinya, kita tidak sedang kehilangan teman sejati kita, Allah Swt. Namun, kita juga tidak boleh ngawur ketika  berhubungan dengan orang lain. Mengingat, kewajiban kita adalah berperilaku baik antar sesama. Sekian!

Redaktur: M. Rikza
Penyunting: Moch. Vicky S. H.

Tulisan Lainnya

Teman Sejati Versi Hikam

TEMAN SEJATI

Tulisan Lainnya