Search
Close this search box.

Senyum Repatriasi: Terobosan Ciamik Untuk Mengevaluasi Harga Mie Instan Yang Uncertainly

th

Baru-baru ini. hal-hal yang cukup mencemaskan kembali menggemparkan kita. Kita harus berhadapan dengan volatilitas dunia yang cukup mengagetkan dan pada akhirnya membawa kita ke posisi uncertainly, dimana overthinking hampir merundung semua orang dan menyebabkan mereka berada di titik ragu-ragu atas kelanjutan masa depannya.

Di sinilah esensi lirik lagu “aku takut dewasa—aku takut kecewa” kita temukan. Di antara jutaan penduduk aktif bangsa ini, hanya anak bayi dan bocah picisan baru gede yang masih bisa merasakan kehidupan yang begitu hangat dan menyenangkan.

Mendengar siaran channel Evening Up CNBC Indonesia, Jumat 15 Agustus 2022 yang lalu, sontak saya lega. Sekejap tertegun dengan sebuah kebijakan asyik pemerintah yang mengandung solusi, meskipun dana pencairan dampak dari solusi itu tersebar secara merambat dan tidak pasti.

Dirjen Pajak Suryo Utomo saya acungi jempol. Setelah beberapa saat melakukan konferensi pers terkait pemulangan harta orang tajir peserta program pengungkapan sukarela (PPS) untuk direpatriasi dari luar negeri ke Indonesia senilai 16 Triliun (meskipun masih September depan) yang selanjutnya proses repatriasi harta tersebut akan diinvestasikan ke surat berharga negara (SBN).

Perlu kita ketahui, terdapat harta senilai Rp 13,7 triliun yang akan dipulangkan ke Indonesia oleh wajib pajak peserta PPS dan harta senilai Rp 2,36 triliun yang dikomitmenkan untuk direpatriasi dan diinvestasikan di SBN, sektor hilirisasi SDA, atau sektor energi terbarukan

Saya mengapresiasi betul Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 196/2021 karena di balik itu saya menjumpai jawaban atas kegelisahan yang membanting ketenangan saya. Wah, sepertinya ini salah satu kesempatan deh untuk mengevaluasi harga mie instan yang diam-diam naik 3x lebih mahal dari harga pasang semula.

Sekelumit saya perjelas tentang mie instan. Kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi makanan yang bergizi dan bervariasi saat ini sudah semakin meningkat. Hal ini terbukti dengan semakin banyaknya produk-produk makanan yang dijual di pusat-pusat penjualan produk makanan dan kios-kios klontongan.

Kesadaran ini dipengaruhi oleh semakin majunya teknologi informasi di bidang pangan, sehingga masyarakat atau konsumen lebih aware terhadap segala perubahan yang ada. Perubahan-perubahan ini ternyata secara tidak langsung mengubah selera dan kebiasaan masyarakat akan produk pangan yang dikonsumsinya.

Kebiasaan masyarakat dalam mengonsumsi produk pangan ini juga dipengaruhi oleh life style masyarakat yang sudah semakin dinamis karena tuntutan pekerjaan atau customer yang semakin tinggi. Kebutuhan hidup yang semakin tinggi menyebabkan masyarakat melakukan upaya-upaya yang lebih keras untuk menutupi kebutuhannya tersebut.

Demikian yang terlihat dari sikap mayoritas ibu rumah tangga yang ikut berperan membantu suami dalam mencari nafkah yang pada gilirannya mengakibatkan berkurangnya waktu yang tersedia untuk menyiapkan kebutuhan keluarga. Hal ini bukan dianggap suatu kendala bagi suatu rumah tangga karena dengan semakin banyaknya anggota yang bekerja di luar, maka tingkat pendapatan keluarga pun akan turut meningkat. Kebutuhan-kebutuhan yang muncul, seperti kebutuhan konsumsi yang semakin tinggi karena keterbatasan waktu untuk keluarga tersebut tetap dapat dipenuhi oleh keluarga tersebut.

Polemik ini secara tidak langsung mempengaruhi gaya atau cara konsumsi dari suatu keluarga khususnya dan masyarakat luas pada umumnya.

Tingginya aktivitas masyarakat yang didorong oleh semakin tingginya kebutuhan masyarakat ini menyebabkan pola konsumsi pangan masyarakat berubah. Perubahan pola atau gaya hidup, juga menjadi faktor pemicu terjadinya perubahan pola konsumsi. Misalnya, orang zaman sekarang semakin sibuk dengan jam kerja lebih panjang, mendorong mereka untuk memilih makanan yang penyajiannya lebih praktis tapi tetap beragam. Perkembangan konsumsi makanan instan yang berbasis gandum ini dari tahun ke tahun memperlihatkan tren yang positif dan semakin berkembang.

Pergeseran pola konsumsi masyarakat ini ternyata berdampak positif terhadap industri makanan instan, terutama industri mie instan. Salah satu produsen mie instan terbesar di Indonesia saat ini adalah Indofood. Perusahaan ini menguasai hampir 80 % dari produksi mie instan di Indonesia.

Tidak dapat dipungkiri, mie memang sudah menjadi bagian pokok dalam pola makan rumah tangga, tidak hanya di perkotaan tetapi juga di pedesaan. Peran mie memang luwes, tidak hanya sebagai pangan pokok, tetapi dapat pula berperan sebagai lauk-pauk sehingga sering dijumpai masyarakat yang makan nasi dengan lauk mie goreng atau mie kuah.

Hal ini terjadi mungkin karena mie dapat diproses dengan mudah, disajikan dengan praktis dan dapat memenuhi selera sebagian besar masyarakat, baik orang dewasa maupun anak-anak. Selain itu, variasi jenis makanan dari gandum ini sangat banyak, ada mie goreng, mie rebus, mie bakso, mie kering, dan mie instan. Jenis makanan asal gandum selain mie seperti roti dan kue juga tersedia dalam berbagai jenis dan bentuk. Promosi mie dengan berbagai jenis produk, ukuran dan harga sangat intensif di berbagai tempat sehingga produk mie baru cepat dikenal oleh masyarakat.

Berkembangnya bisnis di bidang makanan instan, merupakan keadaan yang mendukung kondisi permintaan mie instan di pasar domestik dalam beberapa tahun terakhir. Kondisi permintaan mie domestik yang tinggi dan  adanya orientasi ekspor ke pasar luar negeri telah menciptakan lahan investasi yang lebih terbuka lebar untuk industri pengolahan mie instan, termasuk perluasan modernisasi industri yang sudah ada.

Diversifikasi produk dilakukan para produsen dalam rangka menyesuaikan dengan keinginan pasar sehingga tidak mengherankan jika di pasar domestik mudah ditemukan berbagai produk mie instan dengan berbagai ukuran dan cita rasa.

Semakin banyaknya jenis maupun merek mie instan yang beredar di pasar, maka keberhasilan suatu perusahaan tidak hanya ditentukan oleh kualitas produk saja, tetapi sangat ditentukan oleh kemampuan perusahaan untuk mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen yang heterogen, sehingga dapat diketahui dengan jelas kebutuhan dan keinginan konsumen tersebut sesuai dengan karakteristik dari masing-masing segmen.

PT. Indofood Sukses Makmur bergerak di bidang usaha industri pengolahan makanan yang hampir seluruh produknya menguasai pasar di Indonesia. Produk yang dihasilkan termasuk mie instant (Indomie, Sarimi, Supermi, Cup Noodles, Pop Mie,  Intermie, Sakura). Indofood merupakan produsen mie instant terbesar dengan kapasitas produksi 13 milyar bungkus per tahun. Selain itu Indofood juga mempunyai jaringan distribusi terbesar di Indonesia.

Berdasarkan data PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (2004-2006), perkembangan produksi mie instan di Indonesia memperlihatkan peningkatan yang positif, walaupun pada tahun 2006 sempat mengalami penurunan. Secara kuantitas, produksi mie instant dari tahun ke tahun mengalami kenaikan dengan tren yang positif. Hal ini menunjukkan prospek yang baik bagi industri mie instan ini pada masa yang akan datang.

Dari sini saya berharap dengan cairnya pajak repatriasi bisa sedikit berdampak untuk upaya menyelesaikan masalah kekurangan gandum sebagai bahan utama pembuatan mie ini.

Salam PMK. 

Penulis: Mohammad Iqbal Imami

Penyunting: Muhammad Abror S

Tulisan Lainnya

Senyum Repatriasi: Terobosan Ciamik Untuk Mengevaluasi Harga Mie Instan Yang Uncertainly

th

Tulisan Lainnya