Search
Close this search box.

Mahar Dengan Al-quran? Begini Penjelasannya!

asdadwdw

KAMPUS POJOK – Pernikahan adalah ikatan yang dilakukan oleh sepasang laki-laki dan perempuan dengan tujuan menjalin hubungan yang sah. Baik dalam segi negara maupun agama.

Dalam agama Islam, salah satu hal yang harus terpenuhi dalam akad pernikahan adalah mahar atau maskawin. Mempelai pria menyerahkan mahar kepada pengantin wanita sebagai ganti atas manfaat farji yang dia peroleh.

Mungkin sebagian dari kita pernah mendengar fenomena pernikahan dengan mahar surat Ar-Rahman atau yang lain. Apakah hal demikian diperbolehkan? Sebelum membahas permasalahan, mari kita pahami mengenai mahar!

Memahami Makna Mahar Atau Shodaq

Imam Zainuddin Al-Malibari menjelaskan pengertian shodaq dalam kitabnya,

فَصْلٌ فِيْ ‌الصَّدَاقِ وَهُوَ مَا وَجَبَ بِنِكَاحٍ أَوْ وَطْئٍ

Artinya: “Fashl yang menjelaskan shodaq. Shodaq adalah hal yang wajib dibayarkan sebab nikah atau wathi’.

Kemudian beliau melanjutkan,

وَسُمِّيَ بِذَلِكَ لِإِشْعَارِهِ بِصِدْقِ رَغْبَةِ بَاذِلِهِ فِي النِّكَاحِ

Artinya: “Dinamakan dengan shodaq karena menunjukkan kesungguhan mempelai pria ingin melakukan pernikahan”

Setelah menjelaskan tentang pengertian mahar/shodaq, syekh Abu Bakar Syatho menginterpretasikan perkara yang bisa menjadi mahar.

(قوله: ما وجب) أي مال أو منفعة وجب للمرأة على الرجل غالبا

Artinya: “Maksud ucapan Zainuddin Al-Malibari (perkara yang wajib dibayarkan) adalah, harta atau manfaat yang wajib mempelai pria bayar kepada sang istri”

Dalil Mahar Berupa Hafalan Al-quran

Salah satu dalil yang menjadi dasar atas kebolehan mahar dengan Al-quran adalah hadis yang diriwayatkan oleh Sahal bin Sa’id.

وَعَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ السَّاعِدِيِّ رضي الله عنهما قَالَ: “جَاءَتِ امْرَأةٌ إِلَى رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم، فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اللهِ! جِئْتُ أهَبُ لَكَ نَفْسِي، فَنَظَرَ إِلَيْهَا رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم، فَصَعَّدَ النَّظَرَ فِيهَا وَصَوَّبه، ثُمَّ طَأطَأَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم رَأْسَهُ، فَلَمَّا رَأتِ المَرْأةُ أنَّهُ لَمْ يَقْضِ فِيهَا شَيْئًا جَلَسَتْ، فَقَامِ رَجُلٌ مِنْ أصْحَابِهِ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ! إِنْ لَمْ تَكُنْ لَكَ بِهَا حَاجَةٌ فَزَوِّجْنِيهَا، قَالَ: فَهَلْ عِنْدَك مِنْ شَيءِ؟ فَقَالَ: لَا، وَاللهِ يَا رَسُولَ اللهِ! فَقَالَ: اذْهَبْ إِلَى أَهْلِكَ فَانْظُرْ هَلْ تَجِدُ شَيْئًا؟ فَذَهَبَ، ثُمَّ رَجَعَ فَقَالَ: لَا، وَاللهِ! مَا وَجَدْتُ شَيئًا، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: انْظُرْ وَلَوْ خَاتِمًا مِنْ حَدِيدٍ، فَذَهَبَ، تمَّ رَجَعَ، فَقَالَ: لَا، وَاللهِ يَا رَسُولَ اللهِ! وَلَا خَاتِمًا مِنْ حَدِيدٍ، وَلَكِنْ هَذَا إِزَارِي -قَالَ سَهلٌ: مَا لَهُ رِدَاءٌ- فَلَهَا نِصْفُهُ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: مَا تَصْنعُ بِإِزَارِكَ؟ إِنْ لَبِسْتَهُ لَمْ يَكُنْ عَلَيْهَا مِنْهُ شَيءٌ، وَإِنْ لَبِسَتْهُ لَمْ يَكُنْ عَلَيْكَ مِنْهُ شَيءٌ، فَجَلَسَ الرَّجُلُ، حَتَّا إِذَا طَالَ مَجْلِسُهُ قَامَ، فَرَآهُ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم مُوَلِّيًا، فَأَمَرَ بِهِ، فَدُعِيَ لَه، فَلَمَّا جَاءَ قَالَ: مَاذَا مَعَكَ مِنَ القُرْآنِ؟ قَالَ: مَعِي سُورَةُ كَذَا، وَسُورَهُّ كَذَا، عَدَّدَهَا، فَقَالَ: تَقْرَؤُهُنَّ عَنْ ظَهْرِ قَلْبِكَ؟ قَالَ: نَعَمْ، قَالَ: اذْهَبْ فَقَدْ مَلَّكْتُكهَا بِمَا مَعَكَ مِنَ القُرآنِ” مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ، وَاللَّفْظُ لِمُسْلِمٍ، وفِي رِوَايَةٍ لَهُ: انْطَلِقْ، فَقَدْ زوَّجْتكهَا، فَعلِّمْهَا مِن القُرْآنِ”

Singkatnya, dalam hadis ini menceritakan perempuan yang menawarkan diri kepada Nabi untuk menikahinya, namun Nabi menolak. Kemudian datang pemuda yang meminta kepada Nabi agar menikahkan perempuan itu untuknya. Nabi pun bertanya apakah dia memiliki harta yang bisa dijadikan mahar.

Sayangnya pria ini tidak memiliki harta sepeser pun hingga membuat Nabi bertanya kembali apakah dia memiliki hafalan Al-quran. Karena pria ini menghafal beberapa surat, Nabi menyuruhnya untuk mengajarkan surat yang dia hafal kepada calon istrinya sebagai bentuk mahar.  

Makna yang Terkandung Dalam Hadis

Dalam kitab Minhatul Alam fi Syarhil Bulughil Marom, imam Abdullah bin Salih Al-Fauzani menjabarkan beberapa poin yang bisa kita ambil dari hadis di atas.

  1. Kebolehan melihat perempuan yang ingin dinikahi.
  2. Kebolehan menyerahkan diri kepada Nabi agar dinikahi dengan tanpa mahar. Ini adalah kekhususan bagi Nabi. Jika pada selain Nabi, maka tetap wajib menyerahkan mahar.
  3. Kewajiban membayar mahar dan merupakan hal yang harus ada dalam akad nikah.
  4. Kebolehan mahar berupa manfaat seperti mengajarkan Al-quran.
  5. Kebolehan menikahkan orang yang miskin.

Alasan Bolehnya Mahar Hafalan Al-quran

Setelah memahami makna yang terkandung dalam hadis di atas, imam Ibnu Bathol memberikan alasan mengapa mahar dengan mengajarkan Al-quran diperbolehkan.

يَدُلُّ ‌أَنَّهُ ‌يَجُوْزُ ‌أَنْ ‌يَكُوْنَ ‌تَعْلِيْمُ ‌القُرْآنِ وَسُوْرَةٍ مِنْهُ مَهْرًا؛ لِأَنَّ تَعْلِيْمَ القُرْآنِ يَصِحُّ أَخْذُ الأُجْرَةِ عَلَيْهِه، فَجَازَ أَنْ يَكُوْنَ صَدَاقًا

Artinya: “Hadis ini menunjukkan atas kebolehan mahar berupa mengajarkan Al-quran dan satu-surat dari Al-quran. Ini dikarenakan kita bisa mengambil upah dari mengajar Al-quran. Maka boleh dijadikan mahar”

Intinya, mahar dengan hafalan Al-quran adalah mengajarkan apa saja yang berkaitan dengan Al-quran. Baik membaca, menjelaskan hukum yang terkandung dan selainnya.

Sekian, semoga bermanfaat!

Redaktur: M. Naufal Nadjib S. H.
Penyunting: M. Ihsan Khoironi

Fathul Mu’in / Zainuddin Al-Malibari

I’anatut Tholibin / Abu Bakar Syatho Ad-Dimyati

Bulughul Marom / Ibnu Hajar Al-Asqolani

Minhatul Alam fi Syarthil Bulughil Marom / Abdullah bin Solih Al-Fauzani

Syarhu Sohihil Bukhori / Ibnu Bathol

Tulisan Lainnya

Mahar Dengan Al-quran? Begini Penjelasannya!

asdadwdw

Tulisan Lainnya