Search
Close this search box.

Akhlak Rasulullah Tidak Neko-neko

Habib-Umar-halaqoh

Berapa kali pun membaca kisah kewafatan Nabi Muhammad, hati seakan tak bosan merinding. Membayangkan bagaimana para sahabat begitu sedih ditinggal panutan yang paling sempurna akhlaknya. Ini dapat dilihat dari kisah seorang Badui yang penasaran seberapa sempurna akhlak nabi.


Seorang Badui itu menemui Umar bin Khattab, memintanya menceritakan akhlak Nabi. Umar, sahabat paling ditakuti itu, malah menangis mendengar permintaan Badui tersebut. Mulutnya kelu tak dapat mengeluarkan sepatah kata. Lalu ia menyuruh Badui itu menemui Bilal bin Rabah. Sama, Bilal juga menangis saat mendengar permintaan si Badui. Bilal menyuruhnya datang ke Ali bin Abi Thalib. Badui itu heran, apa gerangan sehingga Umar dan Bilal yang merupakan sahabat senior tak dapat menceritakan akhlak Nabi.


Akhirnya saat menemui Ali, Badui itu mendapat sedikit jawaban. Meski dengan cucuran air mata, Ali menjawab, “Ceritakan padaku keindahan dunia ini.” lantas Badui menjawab, “Bagaimana bisa aku gambarkan keindahan dunia ini.” Ali lantas menimpali, “Engkau saja tak sanggup menceritakan keindahan dunia, padahal Allah telah berfirman bahwa dunia ini sungguh kecil. Lalu bagaimana aku bisa menceritakan akhlak
Nabi Muhammad sementara Allah berfirman,

وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ


“Dan sesungguhnya kamu (Nabi Muhammad) berbudi pekerti agung.” (QS. Al-Qalam: 4)


Kurang puas dengan jawaban Ali, Badui tadi menghadap Siti Aisyah. Putri Abu Bakar yang diperisteri Nabi tersebut hanya menjawab singkat, “Akhlaknya seperti Al-Quran.” Di sini Siti Aisyah seakan menggambarkan Nabi bagai Al-Quran berjalan, yang akhlaknya begitu sempurna. Karena itu, para sahabat memiliki kesan masing-masing terhadap akhlak Nabi.

Maka, perlu kiranya kita mengetahui sekelumit cara Nabi dalam menyebarkan akhlak yang baik dalam beragama. Ada salah satu hadis yang menjelaskan bagaimana seharusnya kita beragama dengan baik. Berikut hadisnya.

أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْإِسْلَامِ خَيْرٌ قَالَ تُطْعِمُ الطَّعَامَ وَتَقْرَأُ السَّلَامَ عَلَى
مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ

“Ada seorang lelaki yang bertanya pada Nabi Muhammad SAW, ‘Islam manakah yang lebih baik?’ Nabi Menjawab, ‘Memberi makan dan memberi salam pada seorang yang kamu kenal atau tidak.’” (HR. Bukhari-Muslim).


Dalam hadis di atas, setidaknya ada dua poin penting. Yang pertama adalah anjuran memberi makan pada sesama, terlebih yang membutuhkan. Mengapa? Karena ini merupakan akhlak kita dalam bersosial, bentuk kepedulian sosial. Artinya, Nabi menekankan saling tolong-menolong demi kesejahteraan masyarakat. Sebab bisa saja orang yang kelaparan dengan terpaksa melakukan kejahatan, seperti merampok, hanya untuk mengisi perut kosongnya.

Poin kedua dari Nabi adalah anjuran memberi salam. Salam sendiri adalah bentuk penghormatan dan perdamaian. Dalam hal ini, Nabi bahkan menyebutkan, “… dan kepada orang yang tak dikenal sekalipun.” Ini mengisyaratkan bahwa Nabi tak pandang bulu dalam hal penghormatan. Semua beliau anjurkan untuk dihormati, walaupun beda agama.

“Dan sesungguhnya kamu (Nabi Muhammad) berbudi pekerti
agung.” (QS. Al-Qalam: 4)

Kurang puas dengan jawaban Ali, Badui tadi menghadap Siti Aisyah. Putri Abu Bakar yang diperisteri nabi tersebut hanya menjawab singkat. Dan terakhir, pesan Nabi di atas merupakan jawaban dari pertanyaan, “Islam mana yang lebih baik?” Ini menunjukkan bahwa Nabi memprioritaskan bagaimana cara beragama dengan baik, bagaimana akhlak kita sebagai seorang muslim di masyarakat. Tentu, ini semua di luar ibadah mahdlah, seperti shalat.


Jadi, dari hadis di atas, Nabi lebih menonjolkan aspek kemanusiaan kita: membentuk kesejahteraan dan saling menghormati. Akhlak nabi bukannya yang suka merusak ketenangan orang lain dan malah menghinakan sesama manusia. Tidak neko-neko, kan?

*disarikan dari beberapa artikel di website nadirhosen.net


Penulis: M. Miqdadul Anam.
Penyunting: Muhammad Az-Zamami.

#fikihindustri #ngajisakkuliahe

Tulisan Lainnya

Akhlak Rasulullah Tidak Neko-neko

Habib-Umar-halaqoh

Tulisan Lainnya