Search
Close this search box.

3 Pengalaman Guru Pesantren Yang Belum Tentu Ditemukan di Tempat Lain

guru

KAMPUS POJOK – Pesantren merupakan sistem pendidikan yang hanya dimiliki oleh negara kita tercinta. Di dalam sebuah pesantren harus terpenuhi dua komponen besar, yakni kiai sebagai pimpinannya, yang dibantu oleh para guru di bawahnya, dan juga santri sebagai penimba ilmu. Mereka akan memiliki hubungan yang erat baik secara keilmuan, fisik, bahkan spiritualitas.

Dan Saya beberapa waktu ini diberikan kesempatan untuk mengajar di salah satu pesantren. Ini merupakan pengalaman baru yang saya rasakan, dan mungkin tidak semua orang bisa merasakannya. Maka dari itu bagi kalian yang ingin tahu isi perasaan seorang guru magang di pesantren, bolehlah saya ceritakan sedikit mungkin bisa memberikan inspirasi.

1. Pembelajaran yang Super Intens

Dalam pesantren, ada beberapa larangan yang harus dipatuhi oleh para santri, seperti membawa hp atau alat elektronik yang lain. Hal ini bertujuan menjaga fokus para santri untuk menimba ilmu agama. Ilmu agama merupakan ilmu suci yang tidak akan masuk bila terjadi pembelahan fokus. 

Saat fokus sudah terbentuk maka pengajaran yang intens pun mudah terlaksana. Dalam sehari para santri akan diberikan kesempatan untuk memahami materi secara otodidak, sebagai modal materi di kelas saat bersama guru. Karena otodidak, mungkin terdapat pemahaman yang tidak sesuai, maka kelas sebagai wadah untuk mempertemukan pemahaman santri dan guru. Sehingga guru diharapkan memberi pengarahan bagaimana sebuah materi itu dipahami. Keluar kelas, santri pun masih dituntut untuk menghafal materi yang telah Ia dapatkan, dan dalam kondisi ini guru bukan lagi menjadi sebagai pengarah melainkan sebagai Pentashih saja. Dan sistem ini akan menjadi rutinitas sehari-hari.

2. Selalu Bersama

Dalam filosofi jawa, guru memiliki makna digugu dan ditiru. Ucapannya bisa dipertanggung-jawabkan, sebagai teladan bagi muridnya. Dan filosofi ini merupakan cerminan guru pesantren dan santri. Karena guru dan santri tinggal ditempat yang sama, mungkin hanya terpisahkan oleh sebuah tirai, maka setiap tindak laku guru 24 jam bisa dilihat oleh para santri. Dan ini merupakan pedoman santri dalam bertindak.

Keadaan ini juga mendukung seorang guru untuk mengontrol santrinya. Ketika santri berkata kotor, melakukan hal-hal yang dilarang, maka dengan mudah guru pesantren dapat menegur santri tersebut. Tak hanya itu, para guru juga akan mengenali karakter santri yang berbeda-beda, maklum mereka tidak keluar dari rahim yang sama. Sehingga guru pun akan memahami bagaimana cara menegur, sesuai perbedaan karakter yang ada. Tentu anak pendiam tidak bisa ditegur dengan cara disentak, anak dengan memori pribadi yang buruk juga berbeda cara penegurannya. Dan secara tidak langsung guru akan belajar bagaimana memahami psikologi para santri.  

3. Teringat dalam doa

Pesantren punya aura khusus yang tidak dimiliki oleh lembaga lain. karena tidak hanya hubungan fisik yang terjalin antara guru dan murid, Tapi lebih dari itu. Di pesantren diajarkan untuk membangun hubungan spiritual. Ini berangkat dari kesadaran bahwa ilmu tidak datang dari seorang guru, tapi datang Allah SWT, guru hanya sebagai perantara saja. Dalam bahasa pesantren diistilahkan sebagai tawassul. Ini menjadi penutup dari usaha penimbaan ilmu, dengan harapan ilmu yang telah diperoleh akan bermanfaat. Ini usaha spiritual yang dilakukan santri terhadap guru. 

Begitu pula sebaliknya, Lumrah adanya ketika beberapa santri yang sulit diatur. Angel temen tuturanmu. Ketika guru sudah berusaha untuk menegur, masih diulangi lagi, tegur lagi, dan begitu seterusnya. saat guru sudah mulai menyerah untuk kebaikan santri, dia masih punya tempat untuk mengadu. Ia akan berdoa setiap malam demi kebaikan santriya. Perasaan ini muncul entah dari mana, saudara bukan, dapet mbaknya yo kok ngarep. tapi ini merupakan tanggung jawab seorang guru atas tindak laku santrinya, untuk memberikan doa demi kebaikannya.

Maka, guru pesantren tidak hanya bertanggung jawab atas keilmuan dari para santri. Tapi juga mental, dan kerohaniannya akan turut diusahakan. Bahkan wajib diusahakan. Semata-mata demi kebaikan santri di masa mendatang. Usaha guru ini tidak dapat tergantikan dengan uang, namun biar Tuhan yang lebih mengetahui balasan yang lebih sepadan.

Redaktur: Muhtaddin Rahayu
Penyunting: M. Ihsan Khoironi

Tulisan Lainnya

3 Pengalaman Guru Pesantren Yang Belum Tentu Ditemukan di Tempat Lain

guru

Tulisan Lainnya