Search
Close this search box.

Hati-hati dengan Hati

Coba Tanyakan Kepada Hati dan Pikiran

            Manusia dilahirkan dalam keadaan tidak mengetahui apa pun. Mereka hanya bisa menangis dan mengerang. Namun, itu tidak bersifat permanen. Manusia berproses. Mereka dibekali akal untuk menangkap informasi dan mengolahnya. Tak ayal, mereka terus tumbuh dan berkembang seiring berjalannya waktu baik dari segi fisik maupun akal. Semua perubahan manusia tersebut dipengaruhi oleh sesuatu yang dinamakan ilmu. Ilmu merupakan sumber pengetahuan dan sumber perubahan. Sederhananya, manusia mampu berjalan karena mereka mendapatkan ilmu dari orang di sekitar mereka yang juga berjalan. Bahkan, jika manusia lahir di lingkungan monyet maka ia akan berjalan seperti monyet karena ilmu yang ia dapatkan berasal dari monyet tersebut.

            Berbicara tentang pentingnya ilmu, ia merupakan salah satu hal sakral yang ada dalam pesantren selain kiai, ustaz dan kitab kuning. Sampai-sampai Imam Waqi’ guru dari Imam Syafi berkata :

”العلم نور ونورالله لايهدى للعاصى”

“ilmu itu cahaya dan cahaya Allah tidak ditujukan kepada orang yang melanggar perintahnya”

Dan Allah juga menerangkan dalam surat Al-Mujadalah ayat 11 tentang betapa mulianya seorang yang memiliki ilmu :

“يرفع الله الذين آمنىوا منكم واللذين أوتوا العلم درجات”

“Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan yang memiliki ilmu”

Bahkan saking sakral dan pentingnya ilmu Rasulullah menyatakan wajib bagi muslim untuk mencarinya. Beliau bersabda :

طلب العلم فريضة على كل مسلم

“Mencari Ilmu itu fardu bagi setiap muslim”

            Namun, bagi pencari ilmu masih harus ada hal-hal yang harus dilakukan agar benar-benar sukses mencari ilmu dan menyelamatkan mereka di akhirat kelak. Tidak yang penting cari ilmu, terus ‘alim, bermanfaat sana sini, banyak yang nyangoni, terus mati langsung masuk surga. Tidak semudah itu. Seorang pencari ilmu harus benar-benar memperhatikan apa yang ada di hatinya saat mencari ilmu jika ia ingin selamat di akhirat dan mendapat rida Allah.

            Menurut Imam Ghozali ada sepuluh tugas yang harus ditunaikan oleh pencari ilmu. Dalam tulisan kali ini saya ingin membahas tugas sekaligus budi pekerti yang harus dipenuh seorang pencari ilmu. Tugas pertama ialah memprioritaskan untuk membersihkan hati dari segala keburukan budi pekerti dan sifat-sifat jelek yang melekat di diri seorang pencari ilmu.

            Ilmu adalah ibadahnya hati dan pendekatan batin kepada Allah. Ia adalah salah satu salat yang dilaksanakan secara diam-diam. Hati seorang pencari ilmu Seperti halnya salat secara dzohir yang tidak akan sah jika masih ada hadats dan kotoran, ibadah batin seorang pencari ilmu tidak akan ‘sah’ pula jika masih ada buruknya budi pekerti dan sifat-sifat jelek yang melekat. Mengenai hal tersebut Imam Al-Ghazali menyamakan perkara yang dzohir dan batin dengan kebersihan tersebut, beliau menyebutkan hadis dari Rasulullah :

“بني الدين على النطافة”

“Agama Islam terekonstruksi atas kebersihan”

Lalu bagaimana dengan surat At-Taubah ayat 28 yang berbunyi :

“إنما المشركون نجس”

“Orang-orang Musyrik itu hanya najis”

            Imam Al-Ghazali menyatakan kalau ayat ini merupakan peringatan bagi orang-orang yang paham bahwa sesuatu yang suci tidak hanya ada pada hal-hal yang kasat mata. Memang kadang kala orang-orang musyrik berpakaian necis tapi sebenarnya mereka najisnya tak kasat mata dalam artian batin mereka tercampur dengan segala perkara yang kotor.

            Saking pentingnya para pencari ilmu untuk menjaga niat dan gejolak hati, di dalam kitab Adabul ‘alim wal muta’allim beliau K.H. Hasyim Asy’ari memperingatkan mereka dengan menukil hadis Rasul saw. :

“من طلب العلم ليجاري به العلماء أو يماري هب الفقهاء أو يصرف به وجوه الناس أدخله الله في النار”

“barang siapa yang mencari ilmu agar bisa dekat dengan ‘ulama atau untuk berdebat dengan para Fuqoha’ atau mencari muka di depan manusia maka akan memasukkannya ke neraka”

Beliau K.H. Hasyim Asy’ari juga menukil sebuah hadis yang senada :

“من تعلم علمًا مما يبتغى به وجه الله تعالى لا يتعلمه إلا ليصيب به عرضًا من الدنيا لم يجد عرف الجنة”

“Barang siapa yang belajar ilmu dari Allah dan dia memiliki tujuan duniawi maka ia tidak akan mencium bau surga”

            Lihat, betapa mengerikannya jika seorang pencari ilmu tidak menata hati dan pikirannya. Betapa sia-sianya semua perjuangannya jika mereka tidak pintar-pintar menata hati. Maka, jangan lupa menata hati dan tetap konsisten untuk mengendalikannya.

Penulis: Choirul Anam

Penyunting: Muhammad Abror S

Tulisan Lainnya

Hati-hati dengan Hati

Coba Tanyakan Kepada Hati dan Pikiran

Tulisan Lainnya